MRC121
Hentikan kecanduanmu atas masa lalu !!!
Sabtu, 10 November 2012
ROMANTISME KLASIK URBANIS
Kamis, 07 Juli 2011
Kenakalanku

Kenyataan itu semakin mengada ngada, semakin menggila, semakin mengharukan hingga ruh lari dari jasadnya. ketakutan untuk tetap diam dalam masa lalu, karena jasad tidak lebih menjadi mala petaka bagi dirinya. ruh yang diganrungi oleh kejayaan, ruh yang dulu merasakan kenyataan hidupnya kini takut, trauma bahkan menceritakannya saja tidak mau apalagi mengakuinya. ruh telah berpaling dan mulai menyadari, dirinya selama ini terikat dan tergantung atas keberadaan jasad. hukum ketergantungan menjadi dasar pergerakannya.
.

Rabu, 11 Mei 2011
Watak Never Die ( Bag. 8 )
perhatikan baik -baik foto dibawah ini...
perhatikan baik baik logo watak!!!
adakah yang salah ketika saya mengupas angka 13???
atau dibawah ini??

Senin, 02 Mei 2011
Watak Never Die ( Bag. 7 )

Di Suatu Siang...
Tenri menyimak dengan seksama. sebuah analisa yang luar biasa.
" Maksud kamu angka 31 itu yang diputar menjadi 13?" tenri menerka nerka.
" terus apa lagi yang kau dapatkan?"
" pertanyaanmu seperti petugas kelurahan saja." rury menggoda tenri.
" petugas kelurahan yang cantik dan manis maksudmu?" tenri membalas. senyum nya melebar.
" Sinyal?"
Fitriani, dulunya berteriak dengan megaphone ditangannya didepan kampus. dia adalah mahasiswi semester empat pada saat itu. Dulunya pernah mengikuti pengkaderan diSCI. kedekatannya dengan anggota Watak dimulai sejak ketertarikannya mendiskusikan gerakan mahasiswa. Dia mengulang sejarah sastrawati.
sementara angkatan XII menerima anima, lilo serta dhanty melengkapi angka 12 anggota baru mereka. Angka yang merujuk ketanggal kelahiran Watak. Apakah itu sebuah kebetulan belaka menurutmu?" pertanyaan itu keluar begitu saja dari mulut rury.
Tes wawancara yang dihadiri 57 orang anggota hanya menyisakan 12 orang. Tes itu dilaksanakn dicafe phinisi dilantai atas dan dilakukan sendiri oleh dua orang pendiri mereka. Aswil Ali dan Syahruddin rajab hadir ditengah pelaksanaan itu. Fitriani mewakili angka satu sekaligus mengenang kembali perpindahan ideologi sastrawati yang sudah memulainya dan perempuan yang direkrut diangkatan XII mencukupi angka 13.
" Jadi pelaksanaan DJTD XII dibantaeng tidak l;ebih dari beban yang harus dilunasi tasriadi atas perasaan bersalah yang terus menghinggapinya? Tenri melepaskan pertanyaan itu. Seperti anak panah mencari sasaran yang diarahkan ketuannya.
" Mungkin juga demikian, kita harus kabarkan ini ke arief ?" rury hanya menaggapi dengan sederhana. Anak panah itu mengenai sasarannya.
Watak Never Die ( Bag. 6 )

Mereka saling memandang. pertanyaan itu dilempar oleh arief kearah mereka.
" Takwa berarti taat, tunduk patuh kepada tuhan yang maha kuasa. Surat Al baqarah mengupas itukan?" Tenri menjawab singkat.
" ya, begitu dong lepasan basic training!" Rury kembali menggoda tenri.
" TAKWA = WATAK." Arief menyebutnya dengan pelan. Rokok sampoerna diisapnya dengan keras. Mengupas Watak menjadi kegemaran mereka bertiga.
" HA, apa maksud kamu?" Tenri menggeser tempat duduknya.
" Ya, watak sama dengan takwa. Pada saat watak dikomandoi oleh saudara Desri Wandi angkatan VII terjadi pertentangan dikampus. Penggusuran sekertariat dari kampus diwarnai aksi dari beberapa lembaga. alasannya sederhana area parkiran semakin menyempit sementara disatu sisi tingkat pengguna kendaraan semakin meningkat. Disepakatilah perpindahan sekretariat dan kamu tahu dimana tempatnya?" Arief kembali mengetes pengetahuan kedua temannya.
" Baji Iman No. 3!!!" rury dan tenri serentak menjawab.
" Baji Iman sama dengan kata Takwa, mereka mengurai kelompok mereka sendiri. Tempat dikuburnya harta dan pusaka kerajaan gowa dicurigai dibawah rumah yang itu. kini sekertariat HMJA, HMJM menempatinya. Sanggar seni dan watak pernah mendudukinya namun sialnya mereka mendapatkan petaka. sama - sama dibubarkan." Arief menjelaskan dengan seksama.
" Hahahah, pusaka peninggalan orang dulu diperebutkan generasi sekarang. " Rury terbahak bahak.
" Tapi?"
" Tapi apa rief?" Tenri mendesak arief.
" Tapi bukan hanya itu, kata Watak bisa juga kita urai sama dengan kata Kawat. yah KA - WAT. duri memanjang dalam patokan wilayah, tajam menancap dalam kemarahan. Kalimat itu pernah saya ucapkan sebelumnya kan ry?" Arief mencurigai ingatan rury.
" Maksud kamu kalimat yang kamu ambil dari skripsi Yahya Hidayat angkatan IX disekertariat HMJM?" Rury mengingat ngingat.
" yah, kalimat paling aneh dalam sebuah skripsi."
" Tunggu - tunggu, bagaimana dengan harta serta pusaka yang belum mereka temukan?" tenri menghujam kembali pertanyaan.
" Kamu lihat rumah jabatan kapolda sulselbar disamping kampus kita?"
" Maksud kamu bahwa kalimat itu mengarah kesana?" rury kembali menerka - nerka.
" Kalau persoalan menerka nerka, kamu kelihatan hebat?" Tenri mencibir rury.
" Rumah jabatan kapolda dimappaodang sementara kantor dinasnya disudiang ujung sana. Ada apa coba kalau bukan sesuatu." Arief menarik nafasnya pelan.
" yah, ada apa coba dari tadi kita bicara tapi biar satu gelas airpun belum keluar - keluar??" Rury tersenyum. Mukanya dia palingkan sambil tertawa kecil.
Minggu, 01 Mei 2011
Watak Never Die ( Bag. 5 )

Sabtu sore tidak seperti biasanya. Setelah tidur sejenak tenri melirik jam dihandphonenya. Nokia 2300 yang dicarger tadi belum juga berbunyi. jendela kamarnya terbuka lebar. dia biarkan udara masuk kesela sela tipisnya pakaian yang digunakan.
Saya sudah ada didepan..
Diperhatikan dengan seksama sms kemudian terus menindis kebawah. Nomor itu tidak tersave disimnya. 085255282949 kartu As lama area makassar." Rury sudah ada didepan." Tenri bergumam. senyumnya merona.
Sore ini mereka berdua rencananya akan bertemu dikosan arief yang didaeng tata. Rencana itu disepakati tenri setelah mendapat kabar baru tentang watak. Rury memaksa Arief untuk menelanjangi sejarah organisasi besar yang pernah berdiri dikampus mereka. Perkenalan mereka didepan ruangan ketua jurusan manajemen. saat itu arief sedang sibuk mengurus kepanitiaan yang diberikan kepadanya. Tanda tangan Dra. Jannati Tanggisalu ketua jurusan manajemen diburunya. Syarat awal pelaksanaan kegiatan mereka ada ditangan ibu itu. Sebuah rekomendasi untuk ditembuskan kepembantu Ketua III STIEM Bongaya.
Arief Rahman namanya tertera dikomposisi kepanitiaan. posisinya sebagai ketua panitia. Mahasiswa kelahiran Bulukumba tepatnya dibira. tidak jauh dari daerah kelahirannya, suku kajang bersembunyi dari gemerlapnya modernisasi yang semakin merambah. Mereka masih ngotot mempertahankan adat istiadatnya . Sejarah tentang kajang masih sering dia dapatkan. Tutur, dari mulut kemulut begitu mereka menyindir bagaimana sejarah majapahit dan sriwijaya memenuhi lembar demi lembar buku sejarah yang dipelajari dibangku sekolah.
Tenri bergegas mengambil kunci kamarnya. berlalu dengan cepat setelah membaca sms yang masuk. Motor vega orange 210 cc telah menunggunya. " Saya nda usah pakai helm?" tenri berteriak sambil memakai sepatunya.
" Nda usah, kita bisa lewat lorong kecil dekat rumah sakit bayangkara. lagian sore begini polisi mana yang berani mencari uang dijalanan?" rury menjawab.
" Arief anak manajemen itukan yang kamu maksud?" tenri memajukan kepalanya. suaranya sedikit dikeraskan. laju sepeda motor rury semakin cepat. informasi dari arief itu tidak akan disia siakannya.
" Yah, dia banyak mengetahui banyak sejarah watak. Angkatan V diwatak hanya menerima lima orang juga. Ini hampir sama dengan penerimaan diangkatan XII yang hanya menerima 12 orang. cerita itu didapatnya setelah persentuhannya dengan Eko Waworuntu difacebook." Rury mengundur gas motornya.
Angkatan V LPM Watak menerima lima orang anggota pada tahun 2000 Safrin Kuku, Agus Monoarfa, Dedy Setiawan, Roy Haras serta satu orang yang dia lupa namanya. mereka dikukuhkan ditanjung dan yang menjadi ketua panitia pada saat itu adalah Junaidi sekarang keberadaannya disurabaya. Mereka adalah generasi transisi, penuh pergolakan, kambing hitam, tolak ukur, penghianatan, politik praktis, manipulasi, korupsi serta cuci tangan yang menghiasi pengabdian mereka selama satu tahun lebih. " Mereka menyebut dirinya kader transisi" rury melanjutkan bicaranya.
" Masa transisi?" tenri semakin merapatkan dirinya. Dia ingin mengetahui betul sejarah itu.
" Pemecatan menghiasi periode tersebut. Zainal Arifin alvin salah satunya. Juga terbentuk dua gerbong besar diinternal mereka. Ini efek dari terpilihnya Samri Tongili diMupersma Luar biasa." Rury menjelaskan seadanya. Dipertigaan depan rumah sakit haji motornya dibelokkan kearah kiri. Mobil truk pengangkut sampah berhenti didepannya. Dia bergegas menutup mulutnya. Bau sampah menyengat hidungnya. Pembicaraan mereka hentikan.
Watak Never Die ( Bag. 4 )

Saya belum mengerti apa yang kakak maksud?" Mimik mukanya berubah. Suaranya sedikit diturunkan. sambil menatap tajam kearah wahyu.
" Dulu saya berharap bisa menikmati dunia kemahasiswaan saya," sejenak berhenti, sambil mengusap rambutnya, " saya menunggu sampai akhirnya saya selesai dari kampus itu, ternyata waktu tidak berpihak."
" Seberapa besar harapan itu?"
" Mereka selalu melantungkan nyanyian dengan membahana. Begitu dalam makna perjuangan mereka hingga yang mendengarnya hanyut dan seakan tertarik mengikuti iramanya, dan kau tak akan mengerti sekarang."
Malam semakin larut. Hening. Langit - langit kamar menatap dengan samar. Seolah menikmati percakapan dua manusia yang belum ketemu dalam titik sepahaman. Lampu neon 20 watt masih terang merekam setiap gerak yang tak menentu, Pancarannya mendekat untuk memastikan tak ada kata yang terlewatkan.
" Tidak ada maksud dari diskusi kita, sekedar bekal yang akan kau bawa kalau mencicipi dunia barumu nanti." wahyu melanjutkan bicaranya.
" Hahahahha, kiamat kali??"Rury tertawa. " Kak, kita seolah mendiskusikan suatu masa yang telah lewat, masa kelam yang tersurat dalam catatan kusam sejarah, dan bukan untuk diriku."
" Saya selalu percaya siklus kehidupan ry," Wahyu bangun dari tempat tidur. Disudut kamar berdiri meja kecil dengan tumpukan baju menindihnya. Sebotol minyak angin ukuran 20 ml yang dibeli minggu lalu sudah pertengahan isinya. Diambilnya kemudian melangkah kembali ketempat tidur.
" Percaya atau tidak selalu ada pengaruh yang menetes kekehidupan sekarang atas tindak tanduk para pendahulu. Namun jangan kau pertanyakan kondisi hari ini." Wahyu duduk diranjang besi. Bajunya telah naik setengah. Diusap melingkar perutnya dengan minyak angin. aktifitas yang menyita waktu diskusi mereka.
Rury mencoba memahami arah pembicaraan Wahyu. Kakak sepupunya yang sudah lima tahun menyelesaikan studynya. Dia sering mempertanyakan apa saja yang bisa mendekatkan hubungan mereka. Anak tunggal dari kakak ayahnya.
" Serasa ganjil pembicaraan ini, bagaimana mitos yang dulu begitu dipercayai oleh mahasiswa?"
" Ini bukan Mitos ry!!" Wahyu menatap rury, tatapannya dalam. Suaranya meledak.
" Yah terserahlah kak," Rury memperbaiki bantal yang disandarinya. lambang real madrid memenuhi sarung bantal, klub sepak bola yang dijagokannya sejak kepindahan the special one mengarsiteki klub yang baru menjuarai piala raja itu. " Bagaimana ceritanya?"
" Cerita ini sudah lama kami simpan. Tepat jam lima sore, suasana panas menyelimuti kampus, mahasiswa baru keluar dari ruangan dan tanpa sengaja saya melihat pakaian mahasiswa didominasi dengan warna merah. entah laki - laki atau perempuan, dan itu berulang ry!" wahyu berhenti diatur nafasnya sejenak." Tahun berikutnya pun demikian sampai semua orang tahu kalau itu adalah hari penghormatan."
" Hari penghormatan?"
" Hari penghormatan untuk para pendahulu, namun anehnya kami mengerti itu tanpa cerita dari senior. Hanya kami mengerti dengan mengamati dan kami simpan dalam hati kami masing masing." Wahyu menatap langit langit kamar. tatapannya jauh seolah mencari sisa pengalaman yang belum sempat dia ceritakan.
" Terus??" Rury kembali memancing/
" Seakan ada yang memerintahkan kami sebelumnya untuk menyeragamkan pakaian kami, panas yang menyelimuti namun perasaan hati kami begitu tenang, hingga kami selalu merindukan suasana itu." Wahyu kembali melanjutkan. pancingan rury berhasil.
" Itu hanya kebetulan kak, bukankah ketika pikiran kita arahkan kesana maka kondisi itu akan terjadi, apalagi kalau itu yang diinginkan oleh hampir semua mahasiswa." Rury menanggapi serius.
" Kamu masih percaya dengan kebetulan?" Wahyu kembali menatap rury. " Iya kami menginginkan, kehadirannya hanya sekilas tapi ketenangan yang dibawanya tak hilang, berbekas sampai kini tapi itu tak kami dapatkan ditempat lain, hanya disana!"
" Hanya disana??"
" Hanya disana dikampus kuning itu, tepat jam lima sore." wahyu meyakinkan rury. pandangannya dia alihkan kedinding. Foto ukuran 10R terpampang dengan kerel besar dipundaknya. ditatapnya kemudian air matanya menetes begitu saja.
Waktu terus bergerak. Nasib belum mampu dia rubah. Mengingatkan manusia dengan seluruh alam adalah tugasnya. Terlalu banyak cerita yang dicetak bersamanya. Tidak perduli dengan nasib rury yang terheran - heran dengan cerita kakak sepupunya satu tahun lalu. Diingatnya kembali cerita itu saat dia berlibur dirumah wahyu. Dia tedampar diKampus STIEM Bongaya setelah tidak lulus dari UNM.