Senin, 02 Mei 2011

Watak Never Die ( Bag. 6 )

" TAK - WA, ada yang aneh dari kata itu?"


Mereka saling memandang. pertanyaan itu dilempar oleh arief kearah mereka.


" Takwa berarti taat, tunduk patuh kepada tuhan yang maha kuasa. Surat Al baqarah mengupas itukan?" Tenri menjawab singkat.


" ya, begitu dong lepasan basic training!" Rury kembali menggoda tenri.


" TAKWA = WATAK." Arief menyebutnya dengan pelan. Rokok sampoerna diisapnya dengan keras. Mengupas Watak menjadi kegemaran mereka bertiga.


" HA, apa maksud kamu?" Tenri menggeser tempat duduknya.


" Ya, watak sama dengan takwa. Pada saat watak dikomandoi oleh saudara Desri Wandi angkatan VII terjadi pertentangan dikampus. Penggusuran sekertariat dari kampus diwarnai aksi dari beberapa lembaga. alasannya sederhana area parkiran semakin menyempit sementara disatu sisi tingkat pengguna kendaraan semakin meningkat. Disepakatilah perpindahan sekretariat dan kamu tahu dimana tempatnya?" Arief kembali mengetes pengetahuan kedua temannya.


" Baji Iman No. 3!!!" rury dan tenri serentak menjawab.


" Baji Iman sama dengan kata Takwa, mereka mengurai kelompok mereka sendiri. Tempat dikuburnya harta dan pusaka kerajaan gowa dicurigai dibawah rumah yang itu. kini sekertariat HMJA, HMJM menempatinya. Sanggar seni dan watak pernah mendudukinya namun sialnya mereka mendapatkan petaka. sama - sama dibubarkan." Arief menjelaskan dengan seksama.


" Hahahah, pusaka peninggalan orang dulu diperebutkan generasi sekarang. " Rury terbahak bahak.


" Tapi?"


" Tapi apa rief?" Tenri mendesak arief.


" Tapi bukan hanya itu, kata Watak bisa juga kita urai sama dengan kata Kawat. yah KA - WAT. duri memanjang dalam patokan wilayah, tajam menancap dalam kemarahan. Kalimat itu pernah saya ucapkan sebelumnya kan ry?" Arief mencurigai ingatan rury.


" Maksud kamu kalimat yang kamu ambil dari skripsi Yahya Hidayat angkatan IX disekertariat HMJM?" Rury mengingat ngingat.


" yah, kalimat paling aneh dalam sebuah skripsi."


" Tunggu - tunggu, bagaimana dengan harta serta pusaka yang belum mereka temukan?" tenri menghujam kembali pertanyaan.


" Kamu lihat rumah jabatan kapolda sulselbar disamping kampus kita?"


" Maksud kamu bahwa kalimat itu mengarah kesana?" rury kembali menerka - nerka.


" Kalau persoalan menerka nerka, kamu kelihatan hebat?" Tenri mencibir rury.


" Rumah jabatan kapolda dimappaodang sementara kantor dinasnya disudiang ujung sana. Ada apa coba kalau bukan sesuatu." Arief menarik nafasnya pelan.


" yah, ada apa coba dari tadi kita bicara tapi biar satu gelas airpun belum keluar - keluar??" Rury tersenyum. Mukanya dia palingkan sambil tertawa kecil.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar