Senin, 02 Mei 2011

Watak Never Die ( Bag. 7 )


Di Suatu Siang...

" Tenri kamu geser 90 derajat melawan arah jarum jam logo itu. baru kau urai satu - satu isinya. saya harap kamu mengerti semuanya." rury memberikan kertas kwarto dengan logo watak diatasnya. Lembar kertas yang kesekian kalinya dia print hanya untuk menjawab teka teki yang menyelimutinya. dan apa yang didapatkannya harus dia perlihatkan ke tenri.

Tenri sejenak menatap kearah rury. dia kaget bukan main. sebuah angka 13. angka satu yang merapat masuk kedalam angka tiga. tulisan LPM WATAK dengan font arial black terpahat menindis angka satu.

" Ada apa dengan angka 13?" tenri bertanya keheranan. pertanyaan yang sulit dijawab baginya. Rury yang memulai maka dia harus menjelaskannya.

" Mereka sudah merencanakan semuanya. Gerak sejarah yang mereka lalui selama ini adalah implementasi dari konsep maha dahsyat yang disusunnya. sejarah itu disusun dengan matang. Angka itu adalah simbolisasi awal. dan yang bertanggung jawab adalah Sastrawati.

Sastrawati A. Massalissi. dulunya aktifis perempuan dizamannya. Kuat dan agresif. dulunya dia adalah aset yang dipertahankan diSCI, namun kecintaannya atas dunia tulis menulis serta hamparan pengetahuan dari sahabatnya sesama pendiriwatak yang membuatnya harus berpindah. tawaran itu datang dan dia harus memilih. sekarang dia duduk sebagai staf ahli dipusat.

Tenri menyimak dengan seksama. sebuah analisa yang luar biasa.

" Sekarang mari kita urai makna dibalik angka 13. kita hubungkan dengan sastrawati." Rury menarik kertas dari hadapan tenri. tulisan SCI disusun menurun klemudian diberikan tanda sama dengan didepan heruf tersebut.

katakanlah A = 1 dan Z = 26, maka kita akan menemukan angka S= 19, C=3 serta I=9 kemudian hasilnya kita jumlahkan maka kita menemukan angka 31. ini adalah kuncinya!" rury menjelaskan dengan gamblangnya.

" Maksud kamu angka 31 itu yang diputar menjadi 13?" tenri menerka nerka.

" Memindahkan angka 1 kedepan angka 3 tidak lebih dari bentuk perpindahan ideologi sastra."

Angka itu terpahat rapi dalam logonya. Mereka mengukirnya untuk dijadikan tanda pengingat buat para anggotanya sekaligus mereka yang berkecimpung dibekas organisasi sastra. Begitu bermaknanya angka tersebut sampai merencanakan dalam milad ketiga belas mereka.

" iya, saya pernah mendengar cerita tersebut" tenri memotong penjelasan rury, seolah tidak mau kalah." mereka merayakannya dimeja tiga belas disebuah kafe dijalan kumala. sekaligus menyambut kedatangan conan, arfan serta erwin yang baru pulang dari Kongres PPMI yang ke-X. Milad tersebut hanya dihadiri oleh sebagian kecil anggotanya. hanya Abram mannarai yang paling tua angkatannya pada saat itu. tapi anehnya perayaan dimeja tigabelas itu tidak mereka rencanakan."

" terus apa lagi yang kau dapatkan?"

" pertanyaanmu seperti petugas kelurahan saja." rury menggoda tenri.

" petugas kelurahan yang cantik dan manis maksudmu?" tenri membalas. senyum nya melebar.

" Jadi begini nona yang cantik, pada tahun 2006 tepatnya bulan desember penerimaan anggota angkatan XI mereka laksanakan. acara itu berlangsung selama empat hari tempatnya ditakalar. Mungkin tidak ada yang menherankan karena itu adalah kegiatan yang biasa saja. tapi hal yang harus diketahui mereka hanya menerima anggota 9 orang lewat seleksi yang begitu ketatnya dan hanya ada satu cewek yang mereka terima pada saat itu yakni fitri. itu adalah sinyal akan tertutupnya usia mereka.

" Sinyal?"

" yah, sinyal yang menandakan keberadaan mereka ditentuka oleh takdir yang mereka buat sendiri. nafas itu akan berakhir ditangan angkatan IX. Dan sekali lagi itu berjalan dengan matang. Tasriadi Angkatan IX yang menjabat sebagai Pimpinan Umum pada saat itu yang menerima langsung SK pembekuan organisasi dari kampus. bersamaan dengan dipecatnya kader kader mereka dari kampus. mereka pelaksana sejarah sekaligus tumbal diluar scenario mereka. telur retak itu dipelihara pelan oleh Muhammad nur atau Borju sampai diambil alih oleh syamsiddin Mappa alis Ancu dipengukuhan angkatan sebelas."

Fitriani, dulunya berteriak dengan megaphone ditangannya didepan kampus. dia adalah mahasiswi semester empat pada saat itu. Dulunya pernah mengikuti pengkaderan diSCI. kedekatannya dengan anggota Watak dimulai sejak ketertarikannya mendiskusikan gerakan mahasiswa. Dia mengulang sejarah sastrawati.

sementara angkatan XII menerima anima, lilo serta dhanty melengkapi angka 12 anggota baru mereka. Angka yang merujuk ketanggal kelahiran Watak. Apakah itu sebuah kebetulan belaka menurutmu?" pertanyaan itu keluar begitu saja dari mulut rury.

Tes wawancara yang dihadiri 57 orang anggota hanya menyisakan 12 orang. Tes itu dilaksanakn dicafe phinisi dilantai atas dan dilakukan sendiri oleh dua orang pendiri mereka. Aswil Ali dan Syahruddin rajab hadir ditengah pelaksanaan itu. Fitriani mewakili angka satu sekaligus mengenang kembali perpindahan ideologi sastrawati yang sudah memulainya dan perempuan yang direkrut diangkatan XII mencukupi angka 13.

" Jadi pelaksanaan DJTD XII dibantaeng tidak l;ebih dari beban yang harus dilunasi tasriadi atas perasaan bersalah yang terus menghinggapinya? Tenri melepaskan pertanyaan itu. Seperti anak panah mencari sasaran yang diarahkan ketuannya.

" Mungkin juga demikian, kita harus kabarkan ini ke arief ?" rury hanya menaggapi dengan sederhana. Anak panah itu mengenai sasarannya.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar