Kamis, 07 Juli 2011

Kenakalanku



















Kenyataan itu semakin mengada ngada, semakin menggila, semakin mengharukan hingga ruh lari dari jasadnya. ketakutan untuk tetap diam dalam masa lalu, karena jasad tidak lebih menjadi mala petaka bagi dirinya. ruh yang diganrungi oleh kejayaan, ruh yang dulu merasakan kenyataan hidupnya kini takut, trauma bahkan menceritakannya saja tidak mau apalagi mengakuinya. ruh telah berpaling dan mulai menyadari, dirinya selama ini terikat dan tergantung atas keberadaan jasad. hukum ketergantungan menjadi dasar pergerakannya.

pengetahuan yang dijadikan sandaran kejelasan, ukuran dan alat legitimasi pun tidak mampu membendung itu semua, karena jasad telah berevolusi menuju kenyataannya sendiri. mereka mulai melakukan kritik tajam atas ruh yang menempati dan mendiaminya. jasad memainkan egonya, selama ini dirinya hanyalah alat untuk melanggengkan keberadaan ruh. Suatu saat ruh akan berpaling dan meninggalkannya kelak, saat dirinya tidak lagi produktif bagi ruh. Azas manfaat adalah pilihan teori bagi jasad.

Pengetahuan juga tidak bisa memungkiri kenyataan sebenarnya. kehadiran dirinya tidak terpisahkan atas keberadaan ruh dan jasad yang punya andil. Turun temurun kedewasaannya bukan karena keberpihakannya atas satu bagian saja, antara ruh atau jasad. ataukah dia juga mulai bermain mata, menggunakan egonya untuk mempertentangkan ruh dan jasad, ataukah jangan - jangan dia mulai bosan dengan jasad dan ruh yang mulai memperebutkan dirinya. kecurigaan itu pun memuncak atas kenyataan pahit dirinya hanyalah alat untuk melegitimasi setiap ego yang dibawa oleh jasad dan ruh. Kesombongan mulai merasukinya, kedewasaan jasad dan ketamakan ruh atas jasad tidak terlepas atas perannya


.



Rabu, 11 Mei 2011

Watak Never Die ( Bag. 8 )

Kalau anda masih meragukan LPM WATAK !!!

perhatikan baik -baik foto dibawah ini...


pengkaderan angkatan XII di kabupaten bantaeng 2010

perhatikan baik baik logo watak!!!
adakah yang salah ketika saya mengupas angka 13???

atau dibawah ini??

Sebelum pengukuhan


pengambilan sumpah angkatan muda

Ada yang ganjil??

yah kalian perhatikan papan catur dibawah kaki mereka??

cerita ini akan kita kupas nantinya ..

sabar dan bersabar...


puluhan mahasiswa memenuhi koridor kampus.


Senin, 02 Mei 2011

Watak Never Die ( Bag. 7 )


Di Suatu Siang...

" Tenri kamu geser 90 derajat melawan arah jarum jam logo itu. baru kau urai satu - satu isinya. saya harap kamu mengerti semuanya." rury memberikan kertas kwarto dengan logo watak diatasnya. Lembar kertas yang kesekian kalinya dia print hanya untuk menjawab teka teki yang menyelimutinya. dan apa yang didapatkannya harus dia perlihatkan ke tenri.

Tenri sejenak menatap kearah rury. dia kaget bukan main. sebuah angka 13. angka satu yang merapat masuk kedalam angka tiga. tulisan LPM WATAK dengan font arial black terpahat menindis angka satu.

" Ada apa dengan angka 13?" tenri bertanya keheranan. pertanyaan yang sulit dijawab baginya. Rury yang memulai maka dia harus menjelaskannya.

" Mereka sudah merencanakan semuanya. Gerak sejarah yang mereka lalui selama ini adalah implementasi dari konsep maha dahsyat yang disusunnya. sejarah itu disusun dengan matang. Angka itu adalah simbolisasi awal. dan yang bertanggung jawab adalah Sastrawati.

Sastrawati A. Massalissi. dulunya aktifis perempuan dizamannya. Kuat dan agresif. dulunya dia adalah aset yang dipertahankan diSCI, namun kecintaannya atas dunia tulis menulis serta hamparan pengetahuan dari sahabatnya sesama pendiriwatak yang membuatnya harus berpindah. tawaran itu datang dan dia harus memilih. sekarang dia duduk sebagai staf ahli dipusat.

Tenri menyimak dengan seksama. sebuah analisa yang luar biasa.

" Sekarang mari kita urai makna dibalik angka 13. kita hubungkan dengan sastrawati." Rury menarik kertas dari hadapan tenri. tulisan SCI disusun menurun klemudian diberikan tanda sama dengan didepan heruf tersebut.

katakanlah A = 1 dan Z = 26, maka kita akan menemukan angka S= 19, C=3 serta I=9 kemudian hasilnya kita jumlahkan maka kita menemukan angka 31. ini adalah kuncinya!" rury menjelaskan dengan gamblangnya.

" Maksud kamu angka 31 itu yang diputar menjadi 13?" tenri menerka nerka.

" Memindahkan angka 1 kedepan angka 3 tidak lebih dari bentuk perpindahan ideologi sastra."

Angka itu terpahat rapi dalam logonya. Mereka mengukirnya untuk dijadikan tanda pengingat buat para anggotanya sekaligus mereka yang berkecimpung dibekas organisasi sastra. Begitu bermaknanya angka tersebut sampai merencanakan dalam milad ketiga belas mereka.

" iya, saya pernah mendengar cerita tersebut" tenri memotong penjelasan rury, seolah tidak mau kalah." mereka merayakannya dimeja tiga belas disebuah kafe dijalan kumala. sekaligus menyambut kedatangan conan, arfan serta erwin yang baru pulang dari Kongres PPMI yang ke-X. Milad tersebut hanya dihadiri oleh sebagian kecil anggotanya. hanya Abram mannarai yang paling tua angkatannya pada saat itu. tapi anehnya perayaan dimeja tigabelas itu tidak mereka rencanakan."

" terus apa lagi yang kau dapatkan?"

" pertanyaanmu seperti petugas kelurahan saja." rury menggoda tenri.

" petugas kelurahan yang cantik dan manis maksudmu?" tenri membalas. senyum nya melebar.

" Jadi begini nona yang cantik, pada tahun 2006 tepatnya bulan desember penerimaan anggota angkatan XI mereka laksanakan. acara itu berlangsung selama empat hari tempatnya ditakalar. Mungkin tidak ada yang menherankan karena itu adalah kegiatan yang biasa saja. tapi hal yang harus diketahui mereka hanya menerima anggota 9 orang lewat seleksi yang begitu ketatnya dan hanya ada satu cewek yang mereka terima pada saat itu yakni fitri. itu adalah sinyal akan tertutupnya usia mereka.

" Sinyal?"

" yah, sinyal yang menandakan keberadaan mereka ditentuka oleh takdir yang mereka buat sendiri. nafas itu akan berakhir ditangan angkatan IX. Dan sekali lagi itu berjalan dengan matang. Tasriadi Angkatan IX yang menjabat sebagai Pimpinan Umum pada saat itu yang menerima langsung SK pembekuan organisasi dari kampus. bersamaan dengan dipecatnya kader kader mereka dari kampus. mereka pelaksana sejarah sekaligus tumbal diluar scenario mereka. telur retak itu dipelihara pelan oleh Muhammad nur atau Borju sampai diambil alih oleh syamsiddin Mappa alis Ancu dipengukuhan angkatan sebelas."

Fitriani, dulunya berteriak dengan megaphone ditangannya didepan kampus. dia adalah mahasiswi semester empat pada saat itu. Dulunya pernah mengikuti pengkaderan diSCI. kedekatannya dengan anggota Watak dimulai sejak ketertarikannya mendiskusikan gerakan mahasiswa. Dia mengulang sejarah sastrawati.

sementara angkatan XII menerima anima, lilo serta dhanty melengkapi angka 12 anggota baru mereka. Angka yang merujuk ketanggal kelahiran Watak. Apakah itu sebuah kebetulan belaka menurutmu?" pertanyaan itu keluar begitu saja dari mulut rury.

Tes wawancara yang dihadiri 57 orang anggota hanya menyisakan 12 orang. Tes itu dilaksanakn dicafe phinisi dilantai atas dan dilakukan sendiri oleh dua orang pendiri mereka. Aswil Ali dan Syahruddin rajab hadir ditengah pelaksanaan itu. Fitriani mewakili angka satu sekaligus mengenang kembali perpindahan ideologi sastrawati yang sudah memulainya dan perempuan yang direkrut diangkatan XII mencukupi angka 13.

" Jadi pelaksanaan DJTD XII dibantaeng tidak l;ebih dari beban yang harus dilunasi tasriadi atas perasaan bersalah yang terus menghinggapinya? Tenri melepaskan pertanyaan itu. Seperti anak panah mencari sasaran yang diarahkan ketuannya.

" Mungkin juga demikian, kita harus kabarkan ini ke arief ?" rury hanya menaggapi dengan sederhana. Anak panah itu mengenai sasarannya.



Watak Never Die ( Bag. 6 )

" TAK - WA, ada yang aneh dari kata itu?"


Mereka saling memandang. pertanyaan itu dilempar oleh arief kearah mereka.


" Takwa berarti taat, tunduk patuh kepada tuhan yang maha kuasa. Surat Al baqarah mengupas itukan?" Tenri menjawab singkat.


" ya, begitu dong lepasan basic training!" Rury kembali menggoda tenri.


" TAKWA = WATAK." Arief menyebutnya dengan pelan. Rokok sampoerna diisapnya dengan keras. Mengupas Watak menjadi kegemaran mereka bertiga.


" HA, apa maksud kamu?" Tenri menggeser tempat duduknya.


" Ya, watak sama dengan takwa. Pada saat watak dikomandoi oleh saudara Desri Wandi angkatan VII terjadi pertentangan dikampus. Penggusuran sekertariat dari kampus diwarnai aksi dari beberapa lembaga. alasannya sederhana area parkiran semakin menyempit sementara disatu sisi tingkat pengguna kendaraan semakin meningkat. Disepakatilah perpindahan sekretariat dan kamu tahu dimana tempatnya?" Arief kembali mengetes pengetahuan kedua temannya.


" Baji Iman No. 3!!!" rury dan tenri serentak menjawab.


" Baji Iman sama dengan kata Takwa, mereka mengurai kelompok mereka sendiri. Tempat dikuburnya harta dan pusaka kerajaan gowa dicurigai dibawah rumah yang itu. kini sekertariat HMJA, HMJM menempatinya. Sanggar seni dan watak pernah mendudukinya namun sialnya mereka mendapatkan petaka. sama - sama dibubarkan." Arief menjelaskan dengan seksama.


" Hahahah, pusaka peninggalan orang dulu diperebutkan generasi sekarang. " Rury terbahak bahak.


" Tapi?"


" Tapi apa rief?" Tenri mendesak arief.


" Tapi bukan hanya itu, kata Watak bisa juga kita urai sama dengan kata Kawat. yah KA - WAT. duri memanjang dalam patokan wilayah, tajam menancap dalam kemarahan. Kalimat itu pernah saya ucapkan sebelumnya kan ry?" Arief mencurigai ingatan rury.


" Maksud kamu kalimat yang kamu ambil dari skripsi Yahya Hidayat angkatan IX disekertariat HMJM?" Rury mengingat ngingat.


" yah, kalimat paling aneh dalam sebuah skripsi."


" Tunggu - tunggu, bagaimana dengan harta serta pusaka yang belum mereka temukan?" tenri menghujam kembali pertanyaan.


" Kamu lihat rumah jabatan kapolda sulselbar disamping kampus kita?"


" Maksud kamu bahwa kalimat itu mengarah kesana?" rury kembali menerka - nerka.


" Kalau persoalan menerka nerka, kamu kelihatan hebat?" Tenri mencibir rury.


" Rumah jabatan kapolda dimappaodang sementara kantor dinasnya disudiang ujung sana. Ada apa coba kalau bukan sesuatu." Arief menarik nafasnya pelan.


" yah, ada apa coba dari tadi kita bicara tapi biar satu gelas airpun belum keluar - keluar??" Rury tersenyum. Mukanya dia palingkan sambil tertawa kecil.




Minggu, 01 Mei 2011

Watak Never Die ( Bag. 5 )


Sabtu sore tidak seperti biasanya. Setelah tidur sejenak tenri melirik jam dihandphonenya. Nokia 2300 yang dicarger tadi belum juga berbunyi. jendela kamarnya terbuka lebar. dia biarkan udara masuk kesela sela tipisnya pakaian yang digunakan.


Saya sudah ada didepan..


Diperhatikan dengan seksama sms kemudian terus menindis kebawah. Nomor itu tidak tersave disimnya. 085255282949 kartu As lama area makassar." Rury sudah ada didepan." Tenri bergumam. senyumnya merona.


Sore ini mereka berdua rencananya akan bertemu dikosan arief yang didaeng tata. Rencana itu disepakati tenri setelah mendapat kabar baru tentang watak. Rury memaksa Arief untuk menelanjangi sejarah organisasi besar yang pernah berdiri dikampus mereka. Perkenalan mereka didepan ruangan ketua jurusan manajemen. saat itu arief sedang sibuk mengurus kepanitiaan yang diberikan kepadanya. Tanda tangan Dra. Jannati Tanggisalu ketua jurusan manajemen diburunya. Syarat awal pelaksanaan kegiatan mereka ada ditangan ibu itu. Sebuah rekomendasi untuk ditembuskan kepembantu Ketua III STIEM Bongaya.


Arief Rahman namanya tertera dikomposisi kepanitiaan. posisinya sebagai ketua panitia. Mahasiswa kelahiran Bulukumba tepatnya dibira. tidak jauh dari daerah kelahirannya, suku kajang bersembunyi dari gemerlapnya modernisasi yang semakin merambah. Mereka masih ngotot mempertahankan adat istiadatnya . Sejarah tentang kajang masih sering dia dapatkan. Tutur, dari mulut kemulut begitu mereka menyindir bagaimana sejarah majapahit dan sriwijaya memenuhi lembar demi lembar buku sejarah yang dipelajari dibangku sekolah.


Tenri bergegas mengambil kunci kamarnya. berlalu dengan cepat setelah membaca sms yang masuk. Motor vega orange 210 cc telah menunggunya. " Saya nda usah pakai helm?" tenri berteriak sambil memakai sepatunya.


" Nda usah, kita bisa lewat lorong kecil dekat rumah sakit bayangkara. lagian sore begini polisi mana yang berani mencari uang dijalanan?" rury menjawab.


" Arief anak manajemen itukan yang kamu maksud?" tenri memajukan kepalanya. suaranya sedikit dikeraskan. laju sepeda motor rury semakin cepat. informasi dari arief itu tidak akan disia siakannya.


" Yah, dia banyak mengetahui banyak sejarah watak. Angkatan V diwatak hanya menerima lima orang juga. Ini hampir sama dengan penerimaan diangkatan XII yang hanya menerima 12 orang. cerita itu didapatnya setelah persentuhannya dengan Eko Waworuntu difacebook." Rury mengundur gas motornya.


Angkatan V LPM Watak menerima lima orang anggota pada tahun 2000 Safrin Kuku, Agus Monoarfa, Dedy Setiawan, Roy Haras serta satu orang yang dia lupa namanya. mereka dikukuhkan ditanjung dan yang menjadi ketua panitia pada saat itu adalah Junaidi sekarang keberadaannya disurabaya. Mereka adalah generasi transisi, penuh pergolakan, kambing hitam, tolak ukur, penghianatan, politik praktis, manipulasi, korupsi serta cuci tangan yang menghiasi pengabdian mereka selama satu tahun lebih. " Mereka menyebut dirinya kader transisi" rury melanjutkan bicaranya.


" Masa transisi?" tenri semakin merapatkan dirinya. Dia ingin mengetahui betul sejarah itu.


" Pemecatan menghiasi periode tersebut. Zainal Arifin alvin salah satunya. Juga terbentuk dua gerbong besar diinternal mereka. Ini efek dari terpilihnya Samri Tongili diMupersma Luar biasa." Rury menjelaskan seadanya. Dipertigaan depan rumah sakit haji motornya dibelokkan kearah kiri. Mobil truk pengangkut sampah berhenti didepannya. Dia bergegas menutup mulutnya. Bau sampah menyengat hidungnya. Pembicaraan mereka hentikan.





Watak Never Die ( Bag. 4 )

Waktu menunjukkan pukul dua belas malam lewat dua puluh menit. Malam kamis setelah acara Mata Najwa diMetro baru saja selesai. Dikamar sudut dekat kulkas panasonic lampu masih terang. Diskusi sedang berlangsung oleh dua manusia, seperti Najwa Shihab membrondong pertanyaan lawan bicaranya.


Saya belum mengerti apa yang kakak maksud?" Mimik mukanya berubah. Suaranya sedikit diturunkan. sambil menatap tajam kearah wahyu.


" Dulu saya berharap bisa menikmati dunia kemahasiswaan saya," sejenak berhenti, sambil mengusap rambutnya, " saya menunggu sampai akhirnya saya selesai dari kampus itu, ternyata waktu tidak berpihak."


" Seberapa besar harapan itu?"


" Mereka selalu melantungkan nyanyian dengan membahana. Begitu dalam makna perjuangan mereka hingga yang mendengarnya hanyut dan seakan tertarik mengikuti iramanya, dan kau tak akan mengerti sekarang."


Malam semakin larut. Hening. Langit - langit kamar menatap dengan samar. Seolah menikmati percakapan dua manusia yang belum ketemu dalam titik sepahaman. Lampu neon 20 watt masih terang merekam setiap gerak yang tak menentu, Pancarannya mendekat untuk memastikan tak ada kata yang terlewatkan.


" Tidak ada maksud dari diskusi kita, sekedar bekal yang akan kau bawa kalau mencicipi dunia barumu nanti." wahyu melanjutkan bicaranya.


" Hahahahha, kiamat kali??"Rury tertawa. " Kak, kita seolah mendiskusikan suatu masa yang telah lewat, masa kelam yang tersurat dalam catatan kusam sejarah, dan bukan untuk diriku."


" Saya selalu percaya siklus kehidupan ry," Wahyu bangun dari tempat tidur. Disudut kamar berdiri meja kecil dengan tumpukan baju menindihnya. Sebotol minyak angin ukuran 20 ml yang dibeli minggu lalu sudah pertengahan isinya. Diambilnya kemudian melangkah kembali ketempat tidur.


" Percaya atau tidak selalu ada pengaruh yang menetes kekehidupan sekarang atas tindak tanduk para pendahulu. Namun jangan kau pertanyakan kondisi hari ini." Wahyu duduk diranjang besi. Bajunya telah naik setengah. Diusap melingkar perutnya dengan minyak angin. aktifitas yang menyita waktu diskusi mereka.


Rury mencoba memahami arah pembicaraan Wahyu. Kakak sepupunya yang sudah lima tahun menyelesaikan studynya. Dia sering mempertanyakan apa saja yang bisa mendekatkan hubungan mereka. Anak tunggal dari kakak ayahnya.


" Serasa ganjil pembicaraan ini, bagaimana mitos yang dulu begitu dipercayai oleh mahasiswa?"


" Ini bukan Mitos ry!!" Wahyu menatap rury, tatapannya dalam. Suaranya meledak.


" Yah terserahlah kak," Rury memperbaiki bantal yang disandarinya. lambang real madrid memenuhi sarung bantal, klub sepak bola yang dijagokannya sejak kepindahan the special one mengarsiteki klub yang baru menjuarai piala raja itu. " Bagaimana ceritanya?"


" Cerita ini sudah lama kami simpan. Tepat jam lima sore, suasana panas menyelimuti kampus, mahasiswa baru keluar dari ruangan dan tanpa sengaja saya melihat pakaian mahasiswa didominasi dengan warna merah. entah laki - laki atau perempuan, dan itu berulang ry!" wahyu berhenti diatur nafasnya sejenak." Tahun berikutnya pun demikian sampai semua orang tahu kalau itu adalah hari penghormatan."


" Hari penghormatan?"


" Hari penghormatan untuk para pendahulu, namun anehnya kami mengerti itu tanpa cerita dari senior. Hanya kami mengerti dengan mengamati dan kami simpan dalam hati kami masing masing." Wahyu menatap langit langit kamar. tatapannya jauh seolah mencari sisa pengalaman yang belum sempat dia ceritakan.


" Terus??" Rury kembali memancing/


" Seakan ada yang memerintahkan kami sebelumnya untuk menyeragamkan pakaian kami, panas yang menyelimuti namun perasaan hati kami begitu tenang, hingga kami selalu merindukan suasana itu." Wahyu kembali melanjutkan. pancingan rury berhasil.


" Itu hanya kebetulan kak, bukankah ketika pikiran kita arahkan kesana maka kondisi itu akan terjadi, apalagi kalau itu yang diinginkan oleh hampir semua mahasiswa." Rury menanggapi serius.


" Kamu masih percaya dengan kebetulan?" Wahyu kembali menatap rury. " Iya kami menginginkan, kehadirannya hanya sekilas tapi ketenangan yang dibawanya tak hilang, berbekas sampai kini tapi itu tak kami dapatkan ditempat lain, hanya disana!"


" Hanya disana??"


" Hanya disana dikampus kuning itu, tepat jam lima sore." wahyu meyakinkan rury. pandangannya dia alihkan kedinding. Foto ukuran 10R terpampang dengan kerel besar dipundaknya. ditatapnya kemudian air matanya menetes begitu saja.



Waktu terus bergerak. Nasib belum mampu dia rubah. Mengingatkan manusia dengan seluruh alam adalah tugasnya. Terlalu banyak cerita yang dicetak bersamanya. Tidak perduli dengan nasib rury yang terheran - heran dengan cerita kakak sepupunya satu tahun lalu. Diingatnya kembali cerita itu saat dia berlibur dirumah wahyu. Dia tedampar diKampus STIEM Bongaya setelah tidak lulus dari UNM.

Watak Never Die ( Bag.3 )



" Sementara tahun didirikan watak apakah kamu mampu menangkapnya?"


" Menurutku tidak ada yang menarik untuk kita bahas dengan tahun didirikannya,"


Watak didirkan tahun 1997 pada saat krisis finansial Asia mulai menjalar, tepatnya satu tahun sebelum tragedi Trisakti. " Tapi bukan itu letak persoalan kenapa harus mendiskusikannya dengan kamu." Heny memperbaiki posisi duduknya. matanya melirik kekiri kekanan. Informasi itu seolah disembunyikannya".


" Terus?"


Masonic. mereka adalah pelaksana agenda tatanan dunia baru. Organisasi rahasia terbesar didunia saat ini. gerakannya seperti tangan tersembunyi menurut Smith. Freemasonry yang berdiri tahun 1717 sekarang menjalar kepenjuru dunia. VOC pun dicuriga sebagai perusahaan dagang milik mereka. " angka lucifer adalah hal yang saya maksud."


" Angka lucifer yang 666 itu?"


" Yah!" Heny membenarkan.


" Maksud kamu mereka terlibat dalam gerakan itu?"


1997 menurutku punya makna tersendiri buat mereka. Kalau kita kurangkan Angka 1 dengan angka tujuh terakhir, kita akan dapatkan angka minus 6. pengurangan itu sangat penting sebagai bentuk pembalikan simbol mereka. angka 99 yang ditengah kita balik kemudian kita rangkum semuanya hasilnya menjadi 666. bahkan saya mencurigai mereka menyembunyikan sesuatu dibalik kehadiran mereka. karena tahun berdiri mereka hampir sama dengan tahun disepakatinya perjanjian bongaya tahun 1667.


" Jadi selama ini mereka terlibat dalam gerakan tersebut?"


" Belum pasti, tetapi logo mereka mengantarkan kita untuk sampai pada kesimpulan tersebut. Diujung pensil mirip dengan peramida terbalik dan ditengah piramida itu ada lingkaran kecil. Menurut arsip yang saya dapat sebenarnya dulunya berbentuk mata satu. tapi dari tahun ketahun semakin samar." Heny membalik balik kertas dihadapannya. pensil 2b ditangannya dari tadi menggores gores membentuk lingkaran. penjelasannya melompat lompat.


Kampus semakin dipadati mahasiswa. disamping tempat duduk mereka didepan ruang G2 telah diisi oleh tiga orang mahasiswa. ditaman kampus segerombolan mahasiswa sementara asyik menggoda pengantar kopi. Kampus dengan warkop terluas diIndonesia mereka menyebutnya.


" dari mana keberadaan mereka bisa terhubung dengan gerakan mistik itu?"


" Kerjasama diantara mereka dengan MRC sangat erat kaitannya. kepentingan yang saling mendukung. Watak berdiri dengan semangat kejurnalistikan untuk melakukan perubahan dengan media sementara MRC menginginkan petunjuk pasti keberadaan tumpukan harta karun."


" Harta peninggalan kerajaan gowa yang kau maksud?"


" Iya, perjanjian yang tidak seimbang antara kerajaan Gowa dengan VOC. Gowa terdesak karena kekalahannya sehingga perjanjian tersebut terpaksa ditanda tanganinya. Ketika Gowa sementara berunding dilain pihak harta dan beberapa pusaka kerajaan dikubur dalam satu tempat. Itulah kenapa proses perundingan diulur oleh Sultan Hasanuddin sampai proses penguburan itu selesai. Namun itu akhirnya terendus. " Heny mengusap mukanya. kakinya yang terbungkus sepatu adidas hijau diluruskan. ditatapnya mahasiswa yang duduk diujung depan ruang dosen.


" Wartawan harian tempo mengetahui gerakan sistematis itu. dia mengetahui persis dibalik rencana besar MRC. Investigasi yang dilakukannya menarik baginya. MRC dicurigai dibalik jatuhnya Presiden Soeharto. wartawan itu adalah teman akrab Aswil Ali semasa SMA dulu. Diapula yang memperkenalkan dunia kejurnalistikan pada saat pertemuan mereka diacara reuni SMA mereka. jalinan itu masih terus bertahan, dan sekarang Indra angkatan IV diwatak masih bertahan diharian tempo. " Heny menjelaskan dengan tergesa - gesa seolah ada yang memburunya.


" Jadi berdirinya watak selama ini tidak lebih dari satu bentuk rekayasa semata?"


" jangan terlalu cepat menyimpulkan" Heny tiba - tiba berdiri melangkah menjauh.




Watak Never Die ( Bag.2)


Ruang yang diawasi oleh dua wanita itu tampak lengang. Satu pengawas yang memakai jilbab besar sama persis dengan ukuran badannya sedang asyik main game dikomputer meja kerjanya. Sesekali senyum kemenangan keluar begitu saja. Diujung sana dengan tumpukan koran serta buku diatas mejanya sedang asyik menonton dilayar televisi 14 inchi. Lulusan yang sama ditempatnya ia bekerja kini. Dia ditarik bekerja karena pengalamannya waktu mahasiswa dulu dijurusan. Bekerja dikampus ini adalah kebanggan baginya.


Perpustakaan dengan ukuran 7 kali 14 meter tersebut dulunya tidak seperti itu. Tumpukan buku masih ada dimana - mana. Sejak 2008 setelah bangunan dirombak dan dipasangi pendingin ruangan mahasiswa hanya menjadikannya sebagai tempat on line. Ruangan itu tidak lagi diperuntukan total untuk membaca. Tas dan jaketnya tolong jangan dibawa masuk. Kalimat itu tertera menggantung. Mahasiswa dimeja ujung sebelah kanan sedang asyik menatap laptopnya.


Rury membuka pintu dengan pelan. Ditatapnya ruangan kedalam. Kehadirannya tidak mengganggu penghuni awal ruangan itu. Langkahnya diperlambat mendekat kearah meja heny.


" Kak." rury bertanya pelan.


" Iya kenapa dek?" Wanita itu menjawab tanpa memalingkan mukanya sama sekali.


" Buku pengantar manajemen dimana?"


" Kamu cari saja dilemari sana." Heny menunjuk kelemari ujung. " Tidak teratur dek, soalnya buku - buku disini masih kurang." lanjutnya.


" Kok bisa?"


" Banyak yang tidak kembali, alasannya hilanglah atau tidak melapor sama sekali. Mahasiswa disini masih banyak yang seperti itu." heny menjelaskan dengan seksama. " Tugas dari k' cali pasti?"


" K' cali?" rury kaget.


" Muhammad Ramli kan?"


" Oh, iya kak." Rury membenarkan.


" Nama lengkapnya Muhammad Ramli. Dia dosen baru dikampus ini. Dia juga alumni sama seperti saya ini. tapi dia melanjutkan pascasarjananya di Unhas baru mendaftar kembali. Saya akrab dengan beliau."


Tumpukan buku tersusun rapi dihadapannya. Pulpen dengan berbagai model menyatu digelas kecil. Mendata mahasiswa yang meminjam buku serta mereka yang baru mau mendaftar menjadi anggota perpustakaan menjadi tugasnya. rambutnya yang sebahu sesekali disentuhnya.


" Ini ruangan apa?" rury melirik keruangan tertutup disampingnya.


" Oh, itu ruangan pimpinan perpustakaan."


" Ehmm." rury bergumam.


" tapi bapak belum datang, biasanya dia muncul sebelum jam sebelas siang." heny memotong.


" Jadi bisa dong saya minta tolong urus masalah nilai untuk mata kuliah k' cali nanti?" Rury tersenyum lebar. Dia menatap penuh ruangan. suaranya dikecilkan. Mereka hanya ada berempat dalam ruangan tersebut.


" K' cali itu orangnya tegas. saya segan berbicara dengan beliau. Dulunya dia aktifis dikampus ini. Dia itu pendiri watak dikampus ini?"


" Pendiri watak?"


" Wadah Insan Cita Kampus disingkat watak. dia pendirinya." Heny menjawab seadanya. kemudian memalingkan muka kearah box black penghiburnya. Tontonan musik didahsyat pagi - pagi menantinya.


" saya kira wartawan tanpa kamera kak." rury bergurau.


" Tepatnya Lembaga Politik Mahasiswa. " heny mengecilkan volume televisinya." Lembaga Pers Mahasiswa mereka menyebut diri mereka. namun aktifitasnya kebanyakan berbau politik. Jarang - jarang kita temui berita mereka. yang bisa menulis pun buktinya sangat kurang. menjadi wartawan profesional apalagi. tapi kalau persoalan perebutan kekuasaan mereka nomor satu. tapi yang saya kagumi dari mereka, mereka aktif menyuarakan persoalan - persoalan rakyat."


Rury mendengarkan pasti. matanya melirik ketumpukan buku. Secarik kertas terselip ditengah tumpukan itu. " Heny banyak tahu tentang watak." Gumamnya. Matanya kembali melirik kertas yang terselip itu kemudian berdiri melangkah kelemari yang ditunjukkan heny sebelumnya.


Acara dahsyat diRCTI. Olga tampak menggoda bondan. sementara raffi sedang duduk ditengah tengah penonton. Bintang tamu tidak luput dari kerjaan mereka berdua. Heny tampak ikut tersenyum menyaksikan ulah presenter itu.


" Kak hanya ada dua bukunya, yang satu banyak isinya yang hilang sementara yang ini terbitan 1987. ada apa dengan perpustakaan ini.?" Rury mengangetkan. buku yang dipegangnya diperlihatkan keheny.

BRUKKK. Buku berserakan dikarpet hijau. Jatuh sekilas cahaya. remote yang dicari heny tetap diam diposisinya. Tangannya menyentuh tumpukan itu saat ingin mengecilkan volume tv kembali. Heny cepat memungut bukunya.


Rury meminta maaf berulang - ulang. Tapi tidak ada jawaban pasti yang keluar. Didapatnya kertas yang menarik perhatiannya tadi.


Red com/260907/hantu-bergentayangan. Siapa NUA terakhir??...


" Saya berharap kamu sudah memahami betul semua kondisi kampus ini, lain kali kamu langsung cari buku yang kamu inginkan."


" Saya minta maaf kak, tidak ada maksud sampai sejauh ini mengganggu kakak." Rury kembali meminta maaf kesekian kalinya.


" Saya yang ceroboh.'' heny menjawab singkat.


Watak Never Die. (bag.1)


Duri memanjang dalam patokan wilayah
tajam menancap dalam kemarahan
kilaunya menerangi kegelisahan
ketundukan kepada ilahi pondasi kesuksesan
dia yang menuntun jalan hidup
yang lemah dan yang kuat sama saja

" Apa yang kamu maksud rief?"

" Kamu pernah melihat anak - anak diHMJM merayakan Milad mereka?" Arief melirik rury sambil mengisap rokoknya dengan pelannya. Sudah setengah jam lebih mereka beradu pengetahuan. pertemuan yang tidak direncakan menyita waktu arief. pertanyaan demi pertanyaan harus dijawabnya.

" Saya tidak pernah mengikutinya, kegiatannya bersifat internal semata kan?" rury menahan amarahnya.

Arief menggeleng gelengkan kepala. Ingatanya melayang jauh. 8 bulan yang lalu senior - seniornya membagikan formulir dari kelas ke kelas berikutnya. namun tepisan miring justru mereka temui. Sikap hedonis yang menggorogoti mahasiswa adalah musuh bebuyutan mereka dikampus kuning tersebut.

HMJM didirikan pada tanggal 16 November 1999 dengan harapan mampu menyatukan semua mahasiswa manajemen dalam satu payung kelembagaan. Ibarat sapu lidi, kalau semangat itu diikat dan disatukan maka perubahan yang mereka inginkan mampu teraktual dengan sendirinya.

Sementara perjanjian bongaya disepakati pada tanggal 28 november 1667 oleh Cornelis Speelman bersama Sultan Hasanuddin sebagai bentuk ketundukan kerajaan Gowa atas belanda. Apa kamu tidak pernah mendengar sejarah tersebut? Arief kembali mengetes pengetahuan sahabatnya.

" Tunggu - tunggu, perjanjian bongaya bukan disepakati pada tanggal 28 November, melainkan pada hari jumat tanggal 18 November 1667 dimana tuhan yang suci menjadi label sebagaiman yang tertera dalam memorandum kesepakatannya." Rury memotong. Pengetahuan arief dikoreksinya.

" Hahahahah," Arief terbahak - bahak. " Prof. Idris Arief pun tahu kalau perjanjian Bongaya sesungguhnya baru diberlakukan pada tanggal 28 November, setelah perjanjian ditanda tangani bukan berarti langsung diberlakukan tapi menunggu kesepakatan dari jenderal VOC pada saat itu, Apakah kamu belum sadar dengan semuanya?" Arief kembali melirik rury yang kebingungan.

" maksud kamu?"

" Yah, pak prof memahami betul sejarah itu. kampus kita berdiri diarea kelurahan jongaya jalan mappaodang nomor 28. Ini adalah bukti bahwa sejarah perjanjian bongaya berkaitan erat dengan kampus kita. Nomor 28 itu mengikut ketanggal diberlakukannya perjanjian tersebut." Arief berhenti sejenak.

" Sekarang mari kita menghitung dengan melanjutkan tanggal kelahiran HMJM sampai dengan tanggal disepakatinya perjanjian Bongaya, Bisa kamu pastikan angka berapa yang kamu dapat?"

" angka 12!!!" Rury dengan cepat menyebut angka tersebut.

Irwan Muin. Mereka biasa memanggilnya iwan gondrong. Angkatan satu diwatak. Dia adalah salah satu deklarator berdirinya HMJM. Organisasi termuda yang dibentuk pada saat itu. Usia yang masih hijau namun kader mereka sudah bisa sampai mengambil posisi sekjend diHMMI. Sofyan Syamsuniar adalah orang tersebut. Dia juga adalah anggota Watak, angkatan IV.

" Kamu mau mengatakan, kalau sampai sejauh itupun mereka harus ambil bagian?" Rury kembali bertanya. rasa penasarannya tidak bisa dibendungnya.

" Sebenarnya ada yang lebih urgen yang mendesak mereka. setelah putus komunikasi dengan MRC dijakarta. Sofyanlah yang diharapkan mampu membangunnya kembali lewat HMMI. namun sampai berakhir jabatannya jaringan itu belum juga didapatkannya. Kegelisahan ditubuh watak semakin memuncak. baru pada tahun 2006 Ketika Kongres HMMI dimakassar, Hendra Ningrat angkatan VII harus dipaksakan oleh Aksara Alief Radja naik sebagai sekjend HMMI karena mereka mendapat kabar sudah mereka temukan jaringan MRC itu. Hendralah selama ini yang bertugas menyampaikan komunikasi selama lima tahun dalam posisinya tersebut.

" MRC?"

" Multi Rasional Corporate adalah lembaga yang mengetahui jejak harta kerajaan Gowa yang disembunyikan selama ini. Merekalah yang menyusun scenario dari pusat. mereka pula yang memaksakan diselenggarakannya Kongres HMI dimakassar karena sinyal yang mereka dapatkan dari watak." Arief menjelaskan seolah memahami betul situasi.

" Apa hubungannya dengan HMI?" Rury semakin memberondong pertanyaan.

" Apa kamu tidak pernah menaruh curiga kenapa hanya di STIEM Bongaya yang memiliki dua komisariat dengan cabang berbeda. Zainal Arifin Alvin atau Alvin angkatan II diwatak. dialah yang memaksakan terbentuknya komisariat dengan cabang yang berbeda. scenario itu disusun sedemikian rupa oleh mereka, pada awalnya pro kontra datang diinternal mereka sendiri namun alvin berhasil meyakinkan mereka. targetnya hanya satu untuk mengirimkan sinyal keberadaan dan posisi mereka kepusat, ternyata mereka berhasil MRC menangkap itu."

" Saya berharap ini bukan spekulasi semata." rury berdiri melangkah kearah gedung D. sudah 15 menit berlalu teman - temannya masuk dalam kelas. rasa ingin tahu yang menahannya dari tadi namun persoalan akademik pula mendesaknya untuk meninggalkan Arief..


Kamis, 14 April 2011

saya membacanya serius

Weee,
Hampirma lima tahun kuliah bro ( banggaku kurasa) nassami. bayangkan bro yang nabilang orang, yang namanya mahasiswa itu sarat dengan percintaan, demo dan akademik, kayaknya itumi buatka bertahan dikampus, mungkinnn.. tapi tidak bagiku...
KENAPA????
Karena diriku ternyata terlalu jauh harus berkata, #kalau memang itu yang numinta toh#,
bahwa ternyata diriku sudah merencanakannya..hahahah
dari tingkat satuka memang, maksudku bro semester dua begitu***
sekarang apa persoalannya??

Apakah???
nasi kucingkah???( HHHHHAAAAAA))

Kenapa dengan hal tersebut, karena memang ada teorinya bro.
teori tersebut disebut ( catat ) "SERBA TUJU"
Apa itu??
sebuah teori yang mengatakan bahwa " masa depan menetukan hari ini". maksudnya ketika kamu punya rencana, cita - cita atau harapan kedepan maka hal yang mesti kamu lakukan adalah bagaimana kamu memenuhi syarat - syaratnya dan kamu lakukan hari ini agar apa yang kamu inginkan kedepan tercapai. PAHAM??

contohnya begini: kamu punya keinginan mau jadi ketua diHMI dua tahun kedepan, maka yang mesti kamu lakukan hari ini adalah kamu rajin bergaul, baca buku, bawa materi, kawal bastra, habisi orang yang kamu anggap berpotensi jadi lawan politikmu nanti, dan pastinya dekati seniormu mulai sekarang....( yang terakhir saya bercanda ), ( yang kedua terakhir, saya serius )

itulah salah satu teori mahal yang pernah saya dapatkan. sekarang saya coba kupas gambar diatas:::

inimi yang saya maksud hal - hal yang baru buat diriku...selama jadi manusia, barusanku disuruh kawal kegiatannya KOHATI ( KORPS HMI-WATI ), yang menghimpun perempuan - perempuannya HMI, saya disuruh jadi steering, padahal kan saya laki - laki gang...sekarang apa persoalannya??
pertama::: inilah tanggungjawab yang harus diemban, sebuah konsekwensi atas sebuah keputusan yang pernah saya ambil masuk keHMI, dan mau tidak mau amanah harus dijalankan. meluangkan waktu, menguras energi, dan terakhir tampil menjadi penengah dikala mereka buntu mencari solusi atas kondisi dalam forum...

kedua::: bahwa memang, ketika kondisi kelembagaan dalam kondisi surut, maka hal wajib dilakukan adalah mencoba mencari cela kebuntuan yang mendasarinya, dan salah satu variabelnya adalah lewat pertemuan, rapat - rapat, dan diskusi. hasilnya terbentuk kohati, maksudnya penting kiranya saya apresiasi hal tersebut karena mereka biarpun sesama perempuan mampu tampil menjadi icon perubah buah zaman mereka, dan saya tidak punya sesuatu yang bisa saya berikan ( finansial ) kecuali pengalaman dan pengetahuan..

ketiga::: organisasi sebagai media menyatukan semangat yang mereka punya dengan harapan yang sama diharapkan tentunya mampu mengakomodir anggotanya, kemelut dalam kelembagaan selalu ada tetapi ketika kembali pada semangat awal maka tentunya penting kiranya melepas atribut yang dibawa dari luar...

keempat::: hal yang tidak sewajarnya saya ungkapkan, tetapi penting kiranya saya tulis disini, minimal jadi oleh2 buat kalian yang lagi baca postinganku ini. kalau sesungguhnya saya paling "MANIS dan TERGAGAH" saat itu. karena ini sifatnya rahasia, jadi saya harap hanya kalian yang baca yang tau nah..plisss, kumohon dengan sangat kodong...

catatan:::
kegiatannya 2 april 2010, Musyawarah Kohati pertama dikomisariatku,..

Jumat, 01 April 2011

Ikat Rambut


Tepatnya ; Alternatif
Lubang kecil digambaran kusam
terisolasi dalam rabunnya optik
tumpul dan seolah berkarat

bukan bertepi
apalagi menunggu berpihaknya waktu
tapi mungkin sebuah lembaran kisah
atas sejarah hidup dilantunan kerasnya

Utopia,
saya menyebut halaman itu
disisi atas paling kiri
ada lipatan untuk lembaran tanda

Tapi sudahlah,
bukankah kisah itu tidak akan kusambung
kubuatkan bab untuk menyanggahnya
Hingga tenggelam dan terlupakan...

Minggu, 06 Maret 2011

Jam 6 Pagi


Ada nada kekhawatiran melilit
dalam lukisan nafas mengepul meminta kelonggaran
Buat mimpi
yang belum dicetak zaman

Hamparan kekaguman bergumam
senyum terangkum dalam paragraph
dari segenap rentetan implementasi
dan tersudut dipancaran kalimat

Ini sebuah simbolitas
bukan koma apalagi titik
deretan makna memonopoli ruang
171 tersudut memainkan kata

Catatan diujung kegelapan
untuk 311 yang menelan
biarkan bait ini mewakili
hingga mentari lelah sendiri

Selamat pagi...
(pesan singkat diesok hari)

Sabtu, 05 Maret 2011

Ctrl + B = 311


Mahkota yang dulu begitu terawat
silau nan memukau hingga korek kayu pun mengalami implosi
Tapi retakan itu tidak menjalar
hajat vitalku memproduksi ulang
berkompromi dan berirama dalam pusaran gejolak
karena kuyakin
Bungkusan itu tidaklah usang

inkoorporasi serpihan meta narasi bukanlah jembatan
simbolitas bukanlah subtantif
matinya nalar harus mengantar
hingga kau tahu
kuda troya bergerak dalam hamparan yoga

Ketuk palu adalah tanda
konstruksi tentang libido bukanlah klaim
tapi terjemahan dari sebuah peran
hingga kau sadar
petuah leluhur menulisnya dengan darah.

Jangan kau acak seperti rubiks
kau distorsi dengan fallacy
apalagi kau pungkiri warisan itu
Karena kelak aroma kubur menyengatmu disenja lupuknya nurani

Sejenak
Mari tersentak
kotak pandora telah terbuka
A U F K L A R U N G
( tekan Ctrl + I )

Rabu, 02 Maret 2011

Peran Ketiga


Jangan kau hianati janji primordial
untuk memberiku ruang berdampingan dengan kelana
kerajaan dunia mempertaruhkan mahkota
dan kelana adalah kuncimu atas matinya logika

Apakah naturku akan kau cetak ulang
sementara adonan tertinggal dimasa silam
mesin waktu hanya mampu memproduksi khayalan
sisi gelap yang tercerabut ditanah gersang

Suara menggelegar dari leluhur
kemudian hujan bermesraan dengan bumi
tapi itu tak menyejarah dalam abadi
disana akan ada waktu untuk kata seperti itu.

Dan karena itu,
Aku ditentukan untuk memainkan peran ketiga
mengikuti jiwamu yang berceceran keringat
melawan mitos dipenghabisan huruf.

Rabu, 23 Februari 2011

Monomad Rampock Conan 121

Sebatang rokok menemani ingatan yang terbang kembali mengingat kenangan anak ingusan( kata itu memang pantas ) diruang isolasi. bergema dengan ritual pagi menyambut mentari, berlari dan berbaris dengan topi yang sama dari kelas satu sampai masa akhir, cocok seperti invanteri..

Kini sudah tumbuh dewasa dalam kalkulasi monoton seperti bumi yang terus mengitari matahari dengan remote kontrol dalam kendali Ilahi. Barangkali takdir menyejarah dalam ikhtiar, dulu ketika lonceng bergema tanda istrahat, kita bergerak dari satu cela jendela kecela cendela yang lain. Menarik perhatian para bidadari kesunyian, Hahaha, namun yang pasti tidak ada yang mampir dan berdiam diri dalam hati, bukan hatinya kita, tapi hatinya mereka..

Pesan singkat atas kaburnya tahun tanda kematian, memisahkan semangat yang selalu menyatu. Menggenggam tangan dan bertepuk dada, membakar semangat dan terus memompa urat nadi, Hiasan dinding tanpa dekorasi, kecuali stiker organisasi yang belum kita lunasi. perbendaharaan kata yang hanya sejengkal, terlontarlah dorongan suci dari bathin yang malas berpasrah ria, sebuah kata yang begitu hangat, kita adalah generasi masa depan bangsa.

Usia yang menjelma dengan lapisan kumis yang begitu tipis disela sela tanda perbedaan abadi. Menari dan menerka - nerka, menghimpun puing puing ingatan, bayangan dengan sejuta tanda masa silam.terbesit tanya untuk dirimu, Masihkah kau berdiri diatas tugu dan melambai tangan brother.


Selasa, 22 Februari 2011

MULTI RASIONAL CORPORATE 121


Manusia selalu bereaksi atas sebuah informasi yang datang walau tanpa dikaji. Kini situasi telah berbeda, bukan fiksi tapi simulasi. Akan tetapi lebih digandrungi, dipuja dan dicintai. Rahasia pribadi dihisap masuk dalam televisi. Semua telah menjadi komoditi. Prestasi diramu dalam Durasi, Aksi direkonstruksi dalam narasi, Industri ada dipuncak tertinggi. Semua hal jadi potensi, segala hal diambil alih untuk diproduksi, Inilah dunia yang kita diami.

Abdi negara tidak mau disaingi. Sibuk mencari referensi, bagaimana membangun relasi, agar masuk dalam ketegori, layak diorbit menjadi informasi. Mereka telah berubah fungsi, melupakan semua janji yang dulu dihambur tanpa kendali. Siapa yang peduli rakyat yang hidup dipinggir kali.

Dulu kasus century tapi sekarang susu berbakteri, atau Gayus yang dicurigai main mata dengan Group Bakrie, atau mungkin juga Susno Duadji yang belum sempat dibui. Inilah yangh disaji, diolah sedemikian rupa agar tidak basi, dari hari kehari tanpa henti, aparat institusi patut dicurigai.

Ketika semua telah dimonopoli, maka Antonio Gramsci mendapat posisi. Bahwa kelas berkuasa selalu mendominasi, disamping lewat kekuatan amunisi juga lewat pembentukan opini. Ekspresi hasrat itu disebut Hegemoni.

Masih tersimpan dalam memori, atau mungkin sudah tertanam dalam hati, rasa benci yang menetap dalam sanubari melihat kekayaan alam yang terus digadai, dari dulu hingga kini oleh para politisi, mungkin juga akademisi yang selalu menjaga reputasi demi seonggok eksistensi.

BERDIKARI. Pesan founding father yang telah mendahului, pergi meninggalkan generasi yang hanya sibuk beronani, menghabsikan waktu berdiskusi, besok tertidur tanpa ada aksi. Berdiam diripun bukan solusi. Para pemberani telah memberi bukti. dari Nabi hingga para Wali. Ada ayat suci atau sejuta piliha teori. Mau yang asli atau yang sudah dimanipulasi, terinventarisasi menjadi sebuah Histor. Revolusi bisa sekedar ilusi, tapi evolusi itu hal yang pasti.

Mungkin kita sepakat angkat kaki, mengikuti jejak para TKI. tidak peduli siksaan atau caci maki, asal kampung tengah dapat terisi. Dari pada hidup jadi anak tiri dalam dekapan bunda pertiwi. Memang ini sangat ironi, tapi bukan teka teki, jawabannya "mungkin ini sebuah misteri". Ketika bayang ketakutan menghantui, siang malam hidup jadi kuli, memeras keringat dibawah terik matahari, mengemis untuk sesuap nasi, sementara saudara yang lain makan roti. Ya, mereka yang katanya representasi, mewakili buruh, nelayan dan juga para petani. Dulu membangun empati dengan menjual mimpi, semua didata dan dimasuki, dari tempat ibadah hingga tempat perostitusi. Dan kini tidak ada yang terealisasi. Sekali lagi hanyalah ambisi untuk berebut kursi.

Inovasi politik yang ditandai dengan amandemen konstitusi, adalah konsekwensi dari reformasi. Masyarakat digiring satu persatu untuk jadi pemilih tidak peduli yag pakai dasi atau penjual sapi, penyanyi tau penari bahkan setingkat menteri atau sekelas bupati.HAHAHAHA sama rasa tanpa pamrih, yang pasti mampu mendongkrak urutan partai.

OK. Semua telah terkendali, besok pagi semua berbondong bondong untuk antri, tak perlu adalagi koordinasi apalagi basa basi, salah contreng anda dimutasi.
Tidak perlu diurai secara rinci, transisi telah dilewati.
Tepuk tangan mengiringi pujaan hangat disela konferensi.
KITA adalah NEGARA DEMOKRASI...