Minggu, 01 Mei 2011

Watak Never Die. (bag.1)


Duri memanjang dalam patokan wilayah
tajam menancap dalam kemarahan
kilaunya menerangi kegelisahan
ketundukan kepada ilahi pondasi kesuksesan
dia yang menuntun jalan hidup
yang lemah dan yang kuat sama saja

" Apa yang kamu maksud rief?"

" Kamu pernah melihat anak - anak diHMJM merayakan Milad mereka?" Arief melirik rury sambil mengisap rokoknya dengan pelannya. Sudah setengah jam lebih mereka beradu pengetahuan. pertemuan yang tidak direncakan menyita waktu arief. pertanyaan demi pertanyaan harus dijawabnya.

" Saya tidak pernah mengikutinya, kegiatannya bersifat internal semata kan?" rury menahan amarahnya.

Arief menggeleng gelengkan kepala. Ingatanya melayang jauh. 8 bulan yang lalu senior - seniornya membagikan formulir dari kelas ke kelas berikutnya. namun tepisan miring justru mereka temui. Sikap hedonis yang menggorogoti mahasiswa adalah musuh bebuyutan mereka dikampus kuning tersebut.

HMJM didirikan pada tanggal 16 November 1999 dengan harapan mampu menyatukan semua mahasiswa manajemen dalam satu payung kelembagaan. Ibarat sapu lidi, kalau semangat itu diikat dan disatukan maka perubahan yang mereka inginkan mampu teraktual dengan sendirinya.

Sementara perjanjian bongaya disepakati pada tanggal 28 november 1667 oleh Cornelis Speelman bersama Sultan Hasanuddin sebagai bentuk ketundukan kerajaan Gowa atas belanda. Apa kamu tidak pernah mendengar sejarah tersebut? Arief kembali mengetes pengetahuan sahabatnya.

" Tunggu - tunggu, perjanjian bongaya bukan disepakati pada tanggal 28 November, melainkan pada hari jumat tanggal 18 November 1667 dimana tuhan yang suci menjadi label sebagaiman yang tertera dalam memorandum kesepakatannya." Rury memotong. Pengetahuan arief dikoreksinya.

" Hahahahah," Arief terbahak - bahak. " Prof. Idris Arief pun tahu kalau perjanjian Bongaya sesungguhnya baru diberlakukan pada tanggal 28 November, setelah perjanjian ditanda tangani bukan berarti langsung diberlakukan tapi menunggu kesepakatan dari jenderal VOC pada saat itu, Apakah kamu belum sadar dengan semuanya?" Arief kembali melirik rury yang kebingungan.

" maksud kamu?"

" Yah, pak prof memahami betul sejarah itu. kampus kita berdiri diarea kelurahan jongaya jalan mappaodang nomor 28. Ini adalah bukti bahwa sejarah perjanjian bongaya berkaitan erat dengan kampus kita. Nomor 28 itu mengikut ketanggal diberlakukannya perjanjian tersebut." Arief berhenti sejenak.

" Sekarang mari kita menghitung dengan melanjutkan tanggal kelahiran HMJM sampai dengan tanggal disepakatinya perjanjian Bongaya, Bisa kamu pastikan angka berapa yang kamu dapat?"

" angka 12!!!" Rury dengan cepat menyebut angka tersebut.

Irwan Muin. Mereka biasa memanggilnya iwan gondrong. Angkatan satu diwatak. Dia adalah salah satu deklarator berdirinya HMJM. Organisasi termuda yang dibentuk pada saat itu. Usia yang masih hijau namun kader mereka sudah bisa sampai mengambil posisi sekjend diHMMI. Sofyan Syamsuniar adalah orang tersebut. Dia juga adalah anggota Watak, angkatan IV.

" Kamu mau mengatakan, kalau sampai sejauh itupun mereka harus ambil bagian?" Rury kembali bertanya. rasa penasarannya tidak bisa dibendungnya.

" Sebenarnya ada yang lebih urgen yang mendesak mereka. setelah putus komunikasi dengan MRC dijakarta. Sofyanlah yang diharapkan mampu membangunnya kembali lewat HMMI. namun sampai berakhir jabatannya jaringan itu belum juga didapatkannya. Kegelisahan ditubuh watak semakin memuncak. baru pada tahun 2006 Ketika Kongres HMMI dimakassar, Hendra Ningrat angkatan VII harus dipaksakan oleh Aksara Alief Radja naik sebagai sekjend HMMI karena mereka mendapat kabar sudah mereka temukan jaringan MRC itu. Hendralah selama ini yang bertugas menyampaikan komunikasi selama lima tahun dalam posisinya tersebut.

" MRC?"

" Multi Rasional Corporate adalah lembaga yang mengetahui jejak harta kerajaan Gowa yang disembunyikan selama ini. Merekalah yang menyusun scenario dari pusat. mereka pula yang memaksakan diselenggarakannya Kongres HMI dimakassar karena sinyal yang mereka dapatkan dari watak." Arief menjelaskan seolah memahami betul situasi.

" Apa hubungannya dengan HMI?" Rury semakin memberondong pertanyaan.

" Apa kamu tidak pernah menaruh curiga kenapa hanya di STIEM Bongaya yang memiliki dua komisariat dengan cabang berbeda. Zainal Arifin Alvin atau Alvin angkatan II diwatak. dialah yang memaksakan terbentuknya komisariat dengan cabang yang berbeda. scenario itu disusun sedemikian rupa oleh mereka, pada awalnya pro kontra datang diinternal mereka sendiri namun alvin berhasil meyakinkan mereka. targetnya hanya satu untuk mengirimkan sinyal keberadaan dan posisi mereka kepusat, ternyata mereka berhasil MRC menangkap itu."

" Saya berharap ini bukan spekulasi semata." rury berdiri melangkah kearah gedung D. sudah 15 menit berlalu teman - temannya masuk dalam kelas. rasa ingin tahu yang menahannya dari tadi namun persoalan akademik pula mendesaknya untuk meninggalkan Arief..


Tidak ada komentar:

Posting Komentar