Rabu, 23 Februari 2011

Monomad Rampock Conan 121

Sebatang rokok menemani ingatan yang terbang kembali mengingat kenangan anak ingusan( kata itu memang pantas ) diruang isolasi. bergema dengan ritual pagi menyambut mentari, berlari dan berbaris dengan topi yang sama dari kelas satu sampai masa akhir, cocok seperti invanteri..

Kini sudah tumbuh dewasa dalam kalkulasi monoton seperti bumi yang terus mengitari matahari dengan remote kontrol dalam kendali Ilahi. Barangkali takdir menyejarah dalam ikhtiar, dulu ketika lonceng bergema tanda istrahat, kita bergerak dari satu cela jendela kecela cendela yang lain. Menarik perhatian para bidadari kesunyian, Hahaha, namun yang pasti tidak ada yang mampir dan berdiam diri dalam hati, bukan hatinya kita, tapi hatinya mereka..

Pesan singkat atas kaburnya tahun tanda kematian, memisahkan semangat yang selalu menyatu. Menggenggam tangan dan bertepuk dada, membakar semangat dan terus memompa urat nadi, Hiasan dinding tanpa dekorasi, kecuali stiker organisasi yang belum kita lunasi. perbendaharaan kata yang hanya sejengkal, terlontarlah dorongan suci dari bathin yang malas berpasrah ria, sebuah kata yang begitu hangat, kita adalah generasi masa depan bangsa.

Usia yang menjelma dengan lapisan kumis yang begitu tipis disela sela tanda perbedaan abadi. Menari dan menerka - nerka, menghimpun puing puing ingatan, bayangan dengan sejuta tanda masa silam.terbesit tanya untuk dirimu, Masihkah kau berdiri diatas tugu dan melambai tangan brother.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar