Jumat, 18 Februari 2011

Pasal 11 Ayat 121


Matahari begitu serakah menjemput.
Membangunkan manusia dalam kemenangan sesaat. Kemenangan dari peperangan panjang. Menguras sumur energi dan air mata. Hingga kobaran api dalam dada seperti pintu neraka lembah benua iblis. Peperangan melawan takdir, seperti mimpi ditaman surga yang teralienasi dari peta dunia. Hingga begitu hebatnya sampai raga pun melebur bersamanya.Bersama penakut bermental inlanden.

Kala genderang ditabuh,
Bendera kuning, merah, hijau, putih dan ragam warna lain menyatu begitu rapi, begitu kokoh, begitu kuat dengan prajurit berlapis baja menyerbu mereka yang lemah nan pecundang, panser Marshall Plan siap memberimu kedamaian, jangan salah WTO penasehat spritual untuk mereka yang jenuh dan gundah.
Watak individualistik berlabel humanis menawarkan es krim kebayi haram. Rayuan dan pujian antri menunggu kesempatan. Ambillah dan jilatlah kemudian menangis lagi dan ngemis lagi. Kalau kau besar nanti, maka jangan pura - pura lupa akan MoU yang kau sepakati dengan sadarmu. Sumpah primordial dengan Tuhanmu diatas karpet berbulu domba. Yah, domba yang kau perjuangkan dengan darah, seperti darah keperawanan demokrasi yang kau rampas juga.
Berseloklah wahai Indo N Esia setebal ikat uang yang dijanjikan, jangan ragu apalagi bimbang banyak yang berminat akan dirimu. bukankah masih engkau ingat rayuan manis memanggil investor? menggodalah dengan pernak pernik Bangunan Kokoh yang diwariskan leluhurmu. Atau ajaklah kawan kecilmu kawin lari dan buatlah rumah tangga yang AFTA ACFTA wa IJEPA. Puaskan dirimu tapi jangan monoton, belajarlah dari Iran, Suriah, atau Mesir. karena tinta sejarah para penulis liar akan berbicara, mengalahkan kisah cinderella atau Romeo Juliet apalagi kisah buyutmu si tukang curhat Habibie Ainun.
Titip salam untuk batu nisan yang kau ukir sendiri...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar