Minggu, 01 Mei 2011

Watak Never Die ( Bag.2)


Ruang yang diawasi oleh dua wanita itu tampak lengang. Satu pengawas yang memakai jilbab besar sama persis dengan ukuran badannya sedang asyik main game dikomputer meja kerjanya. Sesekali senyum kemenangan keluar begitu saja. Diujung sana dengan tumpukan koran serta buku diatas mejanya sedang asyik menonton dilayar televisi 14 inchi. Lulusan yang sama ditempatnya ia bekerja kini. Dia ditarik bekerja karena pengalamannya waktu mahasiswa dulu dijurusan. Bekerja dikampus ini adalah kebanggan baginya.


Perpustakaan dengan ukuran 7 kali 14 meter tersebut dulunya tidak seperti itu. Tumpukan buku masih ada dimana - mana. Sejak 2008 setelah bangunan dirombak dan dipasangi pendingin ruangan mahasiswa hanya menjadikannya sebagai tempat on line. Ruangan itu tidak lagi diperuntukan total untuk membaca. Tas dan jaketnya tolong jangan dibawa masuk. Kalimat itu tertera menggantung. Mahasiswa dimeja ujung sebelah kanan sedang asyik menatap laptopnya.


Rury membuka pintu dengan pelan. Ditatapnya ruangan kedalam. Kehadirannya tidak mengganggu penghuni awal ruangan itu. Langkahnya diperlambat mendekat kearah meja heny.


" Kak." rury bertanya pelan.


" Iya kenapa dek?" Wanita itu menjawab tanpa memalingkan mukanya sama sekali.


" Buku pengantar manajemen dimana?"


" Kamu cari saja dilemari sana." Heny menunjuk kelemari ujung. " Tidak teratur dek, soalnya buku - buku disini masih kurang." lanjutnya.


" Kok bisa?"


" Banyak yang tidak kembali, alasannya hilanglah atau tidak melapor sama sekali. Mahasiswa disini masih banyak yang seperti itu." heny menjelaskan dengan seksama. " Tugas dari k' cali pasti?"


" K' cali?" rury kaget.


" Muhammad Ramli kan?"


" Oh, iya kak." Rury membenarkan.


" Nama lengkapnya Muhammad Ramli. Dia dosen baru dikampus ini. Dia juga alumni sama seperti saya ini. tapi dia melanjutkan pascasarjananya di Unhas baru mendaftar kembali. Saya akrab dengan beliau."


Tumpukan buku tersusun rapi dihadapannya. Pulpen dengan berbagai model menyatu digelas kecil. Mendata mahasiswa yang meminjam buku serta mereka yang baru mau mendaftar menjadi anggota perpustakaan menjadi tugasnya. rambutnya yang sebahu sesekali disentuhnya.


" Ini ruangan apa?" rury melirik keruangan tertutup disampingnya.


" Oh, itu ruangan pimpinan perpustakaan."


" Ehmm." rury bergumam.


" tapi bapak belum datang, biasanya dia muncul sebelum jam sebelas siang." heny memotong.


" Jadi bisa dong saya minta tolong urus masalah nilai untuk mata kuliah k' cali nanti?" Rury tersenyum lebar. Dia menatap penuh ruangan. suaranya dikecilkan. Mereka hanya ada berempat dalam ruangan tersebut.


" K' cali itu orangnya tegas. saya segan berbicara dengan beliau. Dulunya dia aktifis dikampus ini. Dia itu pendiri watak dikampus ini?"


" Pendiri watak?"


" Wadah Insan Cita Kampus disingkat watak. dia pendirinya." Heny menjawab seadanya. kemudian memalingkan muka kearah box black penghiburnya. Tontonan musik didahsyat pagi - pagi menantinya.


" saya kira wartawan tanpa kamera kak." rury bergurau.


" Tepatnya Lembaga Politik Mahasiswa. " heny mengecilkan volume televisinya." Lembaga Pers Mahasiswa mereka menyebut diri mereka. namun aktifitasnya kebanyakan berbau politik. Jarang - jarang kita temui berita mereka. yang bisa menulis pun buktinya sangat kurang. menjadi wartawan profesional apalagi. tapi kalau persoalan perebutan kekuasaan mereka nomor satu. tapi yang saya kagumi dari mereka, mereka aktif menyuarakan persoalan - persoalan rakyat."


Rury mendengarkan pasti. matanya melirik ketumpukan buku. Secarik kertas terselip ditengah tumpukan itu. " Heny banyak tahu tentang watak." Gumamnya. Matanya kembali melirik kertas yang terselip itu kemudian berdiri melangkah kelemari yang ditunjukkan heny sebelumnya.


Acara dahsyat diRCTI. Olga tampak menggoda bondan. sementara raffi sedang duduk ditengah tengah penonton. Bintang tamu tidak luput dari kerjaan mereka berdua. Heny tampak ikut tersenyum menyaksikan ulah presenter itu.


" Kak hanya ada dua bukunya, yang satu banyak isinya yang hilang sementara yang ini terbitan 1987. ada apa dengan perpustakaan ini.?" Rury mengangetkan. buku yang dipegangnya diperlihatkan keheny.

BRUKKK. Buku berserakan dikarpet hijau. Jatuh sekilas cahaya. remote yang dicari heny tetap diam diposisinya. Tangannya menyentuh tumpukan itu saat ingin mengecilkan volume tv kembali. Heny cepat memungut bukunya.


Rury meminta maaf berulang - ulang. Tapi tidak ada jawaban pasti yang keluar. Didapatnya kertas yang menarik perhatiannya tadi.


Red com/260907/hantu-bergentayangan. Siapa NUA terakhir??...


" Saya berharap kamu sudah memahami betul semua kondisi kampus ini, lain kali kamu langsung cari buku yang kamu inginkan."


" Saya minta maaf kak, tidak ada maksud sampai sejauh ini mengganggu kakak." Rury kembali meminta maaf kesekian kalinya.


" Saya yang ceroboh.'' heny menjawab singkat.


2 komentar:

  1. wah ketinggalan cerita, kunjungan pertama ni mas. salam kenal ya, salam persohiblogan

    BalasHapus
  2. hehe,sdh diubah ya???
    tawwa...

    ^_^

    BalasHapus